Story Worthy – Imogen PR.
Great stories contain an element of change and cast the storyteller as the protagonist.
Penulis mengajarkan orang-orang dari semua lapisan masyarakat bagaimana cara menceritakan kisah tentang diri mereka sendiri dan pengalaman yang mereka alami. Penulis percaya bahwa mendongeng membantu semua orang menjadi komunikator yang lebih baik. Ada beberapa aturan yang wajib Anda ikuti jika ingin mendongeng. Pertama, cerita Anda tidak harus tentang peristiwa besar atau luar biasa. Sebuah cerita yang baik seharusnya mencerminkan beberapa jenis perubahan yang terjadi pada seseorang atau sesuatu selama periode waktu tertentu. Tidak apa apa walaupun perubahan dalam hidup mu sangat kecil (tidak signifikan) yang paling penting adanya peningkatan dari sebelumnya.
Anda juga harus memastikan bahwa cerita yang Anda ceritakan menampilkan Anda sebagai protagonis. Audiens Anda ingin mendengar tentang sesuatu yang terjadi pada Anda, bukan pada sesuatu yang terjadi pada sahabat Anda. Menceritakan kisah yang terjadi pada Anda membutuhkan lebih banyak keberanian selain menceritakan milik orang lain. Alasanya karena ketika meceritakan pengalaman mu akan melibatkan kebenaran dan keaslian dari yang terjadi di hidupmu. Hal inilah yang akan menarik audience untuk menyimak ceritamu. Maksud dari penjelasan ini bukan Anda tidak dapat menceritakan kisah orang lain, tetapi berbagilah pendapat dari perspektif Anda.
Tell your story without any pre-prepared theatrical or poetic flourishes.
Cerita bagus harus melewati tes yang disebut “the dinner test.” Untuk melewati test tersebut Anda harus bertanya pada diri sendiri: “Apakah ini jenis cerita yang akan saya ceritakan kepada teman saat makan malam?” Jika tidak, maka itu mungkin bukan cerita yang sangat bagus. Saat Anda merencanakan bagaimana cara menceritakan kisah, ingatlah bahwa Anda akan “melakukannya” di depan khalayak luas.
Pertimbangkan saja cara beberapa pendongeng, ketika di depan audiens, membangun gerakan yang aneh untuk menekankan narasi mereka, seperti membuat gerakan tangan yang berkibar-kibar. Tanyakan pada diri Anda apakah Anda mau melakukan gerakan gerakan tersebut saat di meja makna bersama teman-teman Anda? Mungkin saja tidak. Ingat, Anda tidak menampilkan pertunjukan teater, Anda hanya memberi tahu ceritamu. Selain isyarat yang berlebihan, ada banyak hal puitis yang tidak perlu untuk dilakukan saat medongeng. Jadi, selalu perhatikan hal-hal tersebut saat mendongeng.
At its heart, every good story is about a five-second moment.
Ketika datang untuk mendongeng, harus ada sesuatu yang mengejutkan, namun tetap penting. Tanyakan apakah kebenaran yang perlu Anda ketahui ini adalah rahasia yang besar?
Ketika mendongeng harus ada bagian cerita yang menyentuh audience selama lima menit. Maka dari itu, bagian ini disebut “Five Second Moment.”
Find the beginning of your story by examining how it ends.
Setelah Anda mengidentifikasi momen transformasi lima detik dari cerita Anda, Anda juga akan memiliki bagaimana cerita Anda akan berakhir. Karena bagian akhir dari sebuah cerita akan menjadi tujuan dari kisah Anda.
Sekarang setelah Anda tahu bagaimana mengakhiri cerita Anda, Anda harus memutuskan bagaimana memulainya. Paling penting adalah menemukan tempat yang tepat untuk memulai kisah pribadi Anda dengan melibatkan pengalaman hidup Anda. Ini sulit karena sebagian besar dari kita akan memiliki banyak momen untuk dipilih.
Bagaimana Anda bisa membuat pilihan yang tepat?
Pertama, Anda harus meyakinkan diri sendiri bagaimana cerita Anda berakhir. Dengan kata lain, apa yang terjadi pada momen lima detik Anda? Sederhananya, awal cerita Anda harus lengkap, realisasi atau transformasi?
Anda akan menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu. Misalnya, komedi romantis yang adegan pembukanya menunjukkan seorang wanita muda dipecat dari pekerjaannya bank dan pacar bankirnya kabur dengan sahabat wanitanya. Tentunya kita sudah memiliki ide tentang bagaimana film ini akan berakhir?
There are some crucial do’s and don’ts for immersing your audience in a story.
Menceritakan cerita yang bagus berarti mempertaruhkan audiens Anda dalam perjalanan bersama Anda. Pastinya Anda ingin audience berada di tengah-tengah ceritamu.
Bagian penting yang harus dilakukan adalah dengan membawa audience Anda dengan menyajikan present tense. Jangan mulai dengan, “Saya berada di kereta tahun lalu …” tetapi mulailah dengan sesuatu seperti “Saya berada di kereta dan seluruh badan saya merasa ngilu”
Menggunakan present tense dalam storytelling menciptakan rasa aman akan kedekatan untuk audiens Anda. Sekarang Anda tahu apa yang harus Anda lakukan untuk melibatkan audiens Anda dalam narasi.
Akan tetapi, apa hal yang harus kamu hindari? Terpenting, jangan mengajukan pertanyaan retoris kepada audiens Anda. Jika Anda melakukan hal itu, maka Anda akan mengubah sesi bercerita Anda menjadi latihan tanya jawab.
Referensi:
Dicks, M. (2018). Storyworthy: Engage, Teach, Persuade, and Change Your Life Through the Power of Storytelling. United States: New World Library.