Skip to main content

Blink – Imogen PR

Don’t distrust your intuitive judgments – they can often be superior to your conscious ones.

Pikiran manusia bergantung pada dua strategi untuk membuat keputusan dalam situasi tertentu:

Salah satu strateginya adalah dengan secara sadar merekam dan memproses informasi, menimbang pro dan kontra, dan sampai pada kesimpulan rasional tentang cara terbaik yang harus ditempuh. Proses informasi semacam ini sangat lambat, dan dalam beberapa situasi tidak cukup waktu untuk itu.

Strategi pengambilan keputusan yang kedua ini memungkinkan otak untuk menurunkan beberapa ketegangan dari proses pemikirannya yang kompleks ke alam bawah sadar. Di bawah permukaan, tanpa sepengetahuan kita, bagian bawah sadar dari otak memproses situasi dalam sekejap mata dan membuat keputusan tentang tindakan terbaik. Banyak orang cenderung hanya mempercayai penilaian sadar mereka dan tidak nyaman dengan keputusan berdasarkan perasaan atau intuisi mereka. Namun, ternyata keputusan cepat seringkali jauh lebih unggul daripada yang dibuat setelah analisi menyeluruh.

Dalam situasi, ada pola dan keteraturan yang disadari oleh alam bawah sadar lebih cepat daripada pikiran sadar dan logis. Justru pada saat-saat inilah kita harus mempercayai keputusan cepat kita.

Our unconscious can differentiative between relevant and irrelevant information in a mere split second.

Dalam banyak situasi pengambilan keputusan, ketidaksadaran kita justru membuay perbedaan ini bagi kita: dengan membedakan antara informasi penting dan tidak penting, ia menyaring bagian-bagian persepsi kita yang paling dibutuhkan untuk membuat penilaian yang akurat.

Kita bisa membuat penilaian cepat karena alam bawah sadar kita sangat bagus dalam proses penyaringan ini. Sama seperti peneliti hubungan mengetahui sinyal mana, seperti tanda penghinaan, yang harus mereka perhatikan dalam interaksi pasangan, keputusan spontan kita didasarkan pada beberapa informasi terpilih.

We make far more snap judments than we realize, and often invent rational explanantions for them later.

Kami terus-menerus menggunakan penilaian cepat dalam kehidupan sehari-hari. Ketika berbicara tentang cinta, misalnya, kita tahu jika kita merasa tertarik pada seseorang begitu kita bertemu dengannya. Dalam situasi ini, keputusan dicapai di bagian bawah sadar otak. Namun, banyak orang cenderung mempercayai fakta dan angka di atas perasaan dan intuisi, itulah sebabnya mereka biasanya memberikan penjelasan logis untuk penilaian cepat mereka setelah membuatnya.

Demikian pula, penjelasan sadar kita tentang pasangan romantis ideal kita memiliki hubungan yang sangat sedikit dengan siapa yang akhirnya kita sukai. Kita dapat terus-menerus membahas tentang sifat-sifat terpenting yang harus dimiliki pasangan masa depan kita. Tetapi ketika kita bertemu seseorang, kita tidak menjalankan daftar itu. Sebaliknya, kita hanya tahu secara intuitif jika kita menyukainya.

Our desicisions are greatly influenced bye our unconscious associations.

Ketidaksadaran mempengaruhi tindakan kita dengan cara yang sangat spesifik.

Misalnya, sebagian besar dari kita telah belajar untuk secara tidak sadar dan otomatis mengaitkan atribut seperti “putih”, “pria” dan “tinggi” dengan kualitas seperti kekuatan dan kompetensi. Bahkan jika kita tidak secara eksplisit percaya bahwa pria kulit putih yang tinggi lebih kompeten daripada wanita kulit hitam yang pendek, banyak dari kita membentuk asosiasi ini secara tidak sadar.

Memang, penelitian telah menunjukkan bahwa lebih mudah untuk menjadi sukses secara profesional sebagai pria kulit putih yang tinggi. Bahkan telah ditujunkkan bahwa peningkatan satu inci tinggi berubah menjadi gaji yang lebih tinggi, dan posisi manajemen puncak hampir secara eksklusif dipegang oleh pria kulit putih dengan tinggi di atas rata-rata.

Kasus Warren Harding adalah bukti bahwa mengaitkan karakteristik eskternal umum dengan keterampilan tertentu bisa menjadi kesalah besar.

Stress can make us temporarily austistic and drive us to wrong judgments.

Apakah Anda akan terkejut mendengar bahwa Anda dapat telepati? Faktanya, kita semua bisa membaca pikiran. Yang harus kita lakukan hanyalah melihat wajah seseorang: eskpresi emosional mengungkapkan dengan tepat apa yang dipikirkan orang itu.

Terlebih lagi, para ilmuan telah menunjukkan bahwa ekspresi emosional adalah fenomena universal. Setiap orang di setiap wilayah di dunia dapat mengenali eskpresi wajah bahagia, marah atau sedih.

Namun, ada beberapa orang – seperti mereka yang menderita autisme – yang buta terhadap sinyal non-verbal: mereka hanya memahami informasi yang dikirimkan secara eskplisit dan tidak dapat membaca wajah orang lain.

Namun pada kenyataanya, bahkan orang non-autistik dapat menjadi autis sementara oleh situasi stres dan tekanan waktu. Saat berada di bawah tekanan, kita cenderung mengabaikan banyak sinyal tidak langsung seperti ekspresi wajah dan masuk ke mode penglihatan, dan mencurahkan seluurh perhatian kita pada “ancaman” yang paling dekat, yang berarti informasi yang paling relevan.

Market research is not always a good indicator of true consumer behavior.

Market research adalah tugas peneliti pasar untuk mencari tahu produk mana yang akan bekerja dengan baik di pasar dan mana yang tidak. Namun demikian, peneliti sering gagal memprediksi perilaku konsumen.

Misalnya, beberapa dekade yang lalu, Coca Cola melakukan sejumlah tes rasa dan dipaksa menyimpulkan bahwa saingannya, Pepsi, mendapat skor jauh lebih tinggi daripada coke. Sebagai tanggapan, perusaha mengubah resepnya dengan memperkenalkan “New Coke”. Namun hasilnya New Coke adalah salah satu produk gagal terbesar sepanjang masa dan akhirnya ditarik dari pasar.

Kondisi yang tidak realistis seperti itu menghasilkan penilaian yang tidak ada hubungannya dengan perilaku pembelian pelanggan di kemudian hari. Untuk penilaian cepat yang benar-benar representatif, penguji rasa membutuhkan konteks yang tepat. Terakhir, satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan dalam riset pasar adalah bahwa secara umum, konsumen cenderung menilai produk yang sangat inovatif secara negatif dalam pengujian awal. Faktanya, konsumen hanya perlu membiasakan diri dengan produk yang baru dan asing sebelum mereka mulai menyukainya.

Referensi:

Gladwell, M. (2007). Blink: The Power of Thinking Without Thinking. United States: Little, Brown.

//
Head Imogen PR akan menjawab pertanyaanmu.
👋 Hi, Apa yang bisa kami bantu?