PRESS RELEASE
Manajemen Krisis hingga Media Monitoring menjadi Penutup pada Rangkaian Workshop APPRIentice Batch-2
Jum’at, 17 September 2021 – Pesatnya pertumbuhan media yang ada di Indonesia saat ini khususnya media online, membuat penggunaan tools digital sangat diperlukan. Terdapat 47.000 media, 43.300 media online dan 2000-3000 media cetak, menimbulkan munculnya teknologi big data monitoring berbasis Artificial Intelligence (AI). Sistem monitoring yang bekerja real-time 24 jam mampu mengambil berita dari ribuan media (saat ini 7000an media online dan 300-an media cetak). Serta berbagai platform media sosial (Twitter, Facebook, Instagram, Youtube, Tiktok).
“Harus siaga 24 jam, diperlukan peran seorang public relations untuk dapat memonitoring media. Fungsi dari media monitoring antara lain dapat membantu untuk kliping & dokumentasi, pantauan kampanye PR, pantauan program atau kebijakan, serta untuk memberi insight”, ujar Hannie Kusuma Head of Business Division Indonesia Indicator (17/9).
Lebih lanjut, media monitoring dapat digunakan untuk menganalisis krisis yang terjadi dalam perusahaan. Terdapat dua ruang pertempuran dalam krisis yaitu melalui media sosial, opini publik, ataupun konflik secara nyata. Pada krisis, terdapat 4 hal yang harus diisolasi yaitu mengisolasi isu, mengisolasi stakeholder yang terlibat, mengisolasi dampaknya hingga mengisolasi media.
“Dalam manajemen krisis, klien salah tidak apa-apa yang terpenting jangan bohong, PR bergerak berdasarkan fakta. Menemukan fakta merupakan hal yang paling penting dalam manajemen krisis. Dalam konteks kejujuran harus ada faktanya, namun tidak semua fakta harus disampaikan secara utuh sehingga perlu dipilah-pilah”, ujar Firsan Nova CEO Nexus.
Selain itu, reputasi sangat diperlukan untuk menghindari munculnya manajemen krisis. Cara memanage reputasi juga beraneka ragam mulai dari mengakses reputasi hingga memonitor perubahan dari kepercayaan. “Penting sekali setiap perusahan memiliki juru bicara yang dapat menjelaskan perkembangan dari perusahaan. Rolenya yaitu mewakili dari brand perusahaan”, ungkap Safintri Rahayu VP Corporate Public Affairs Bukalapak.
Diskusi pada 5 hari workshop Apprientice Batch 2 sangat jarang dan langka yang tidak ditemukan di dunia perkuliahan. Peserta pada batch tahun ini spesial dan berbeda dari batch tahun sebelumnya karena terpilih dari 16 Universitas yang diundang di Jawa dan Bali. Serta workshop ini merupakan rangkaian untuk mempersiapkan para peserta untuk program Apprientice selama 3 bulan.
“Jika sebelumnya para industri pasrah dalam menerima anak magang, namun kali ini kita membekali para mahasiswa dengan materi dalam masa workshop selama 5 hari berturut-turut. Diharapkan bahwa dengan mengikuti workshop ini peserta bisa mengaplikasikan saat terjun di agensi nanti.” pungkas Arya Gumilar Ketua Divisi Pendidikan & Pelatihan Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI).
***
Informasi lebih lanjut hubungi:
Satria +62 821-3709-7447