Skip to main content

Konsultan PR – Imogen PR. Berkembangnya sosial media dan platform informasi seperti blog ternyata tidak serta merta membuat media konvensional tak lagi relevan. Fenomena di mana banyak media menghentikan sirkulasi cetak mereka tidak bisa dijadikan patokan semakin matinya media konvensional. Sebab, mereka sesungguhnya bukannya tutup melainkan menggantikan sirkulasi cetak menjadi digital. Ada yang menerapkan akses yang gratis namun banyak juga yang menggunakan sistem langganan setiap bulan untuk dapat mengakses berita-berita utama.

Sama seperti media pada umumnya, hanya saja bentuk berubah menyesuaikan tingkat kepemilikan gawai yang semakin menyebar. Dilihat dari skala internasional pun sesungguhnya media konvensional masih dianggap penting, banyak Konsultan PR mengamininya. Di Amerika saja terjadi kenaikan konsumsi media. Di periode dari 2008 sampai 2013 konsumsi media di negeri paman Sam itu naik 5% setiap tahunnya, kemudian pada tahun 2015 konsumsi media mencapai angka 1,7 juta jam.

Bila diuraikan lagi, setiap orangnya kira-kira mengkonsumsi media selama 15 jam. Data ini berdasarkan pada laporan Institute for Communications Technology di USC Marshall School of Business. 60% dari konsumsi media tersebut berasal dari TV dan radio. Jadi rasanya bila ada Konsultan PR ataupun pihak lain mengatakan bahwa media konvensional sudah tidak lagi penting dan media modern seperti media sosial telah mengambil alih tentu saja kurang tepat.

Untuk semakin menguatkan argumen bahwa media konvensional masih memiliki peran penting dalam lingkup kerja Konsultan PR maka Imogen PR telah mengumpulkan 4 alasan kuat mengapa media konvensional masih penting. Diharapkan banyak pihak dan khususnya Konsultan PR membaca artikel ini sampai selesai untuk dapat memahami secara detail.

1. Media Konvensional Memiliki Jangkau Luas dan Target Pembaca

Tidak bisa dipungkiri bahwa media konvensional memiliki jangkauan luas yang masih tidak bisa dikalahkan oleh banyak media-media modern dan non konvensional. Jangkauan tersebut pun sesuai dengan target pembaca masing-masing. Hal ini memudahkan seorang Konsultan PR yang ingin membidik karakter masyarakat khusus. Belum lagi media memiliki jaringan kontributor di beberapa kota besar, dari sini jaringan pun bisa semakin menyebarkan dan berbeda-beda di setiap kota. Jaringan luas dan pembaca yang sesuai target tentu penting, dan tidak akan dimiliki oleh media non konvensional

Poin penting lainnya dalam urusan jaringan adalah relasi terhadap stakeholder pemerintahan. Setiap media tentunya punya relasi kepada pemerintahan terkait baik di ibu kota ataupun di kota-kota besar lain. Para Konsultan PR dapat menggali relasi ini dalam menjalankan kampanye dan strategi dengan baik.

2. Konsultan PR Harus Sadar Akan Kredibilitas Media Konvensional

Kredibilitas merupakan hal yang tidak bisa dimiliki oleh media non konvensional, dan akan selalu menjadi kekuatan besar media konvensional yang tidak akan bisa dilawan. Selain memiliki badan hukum, dan sumpah profesi. Konvensional media pun dilindungi oleh undang-undang pers sehingga memiliki akses luas untuk mencari informasi dari pihak terkait. Para pembaca setiap media konvensional pun masih bertahan karena mereka menginginkan sumber informasi yang kredibel. Maka dari itu cerita yang disampaikan oleh Konsultan PR melalui aktivitas PR pun dapat sampai dengan baik ke publik dengan bantuan konvensional media.

Cerita yang dipublikasikan dari media konvensional pun dapat langsung memenangkan hati publik, bukankah ini tujuan utama yang diinginkan Konsultan PR agar klien happy? Makanya jangan remehkan kekuatan media konvensional.

3. Gawai Kini Berubah Jadi Sumber Informasi

Dengan naiknya penggunaan gawai dalam kehidupan sehari-hari menciptakan sebuah tren untuk menjadikan gawai menjadi sumber informasi sama halnya seperti koran, majalah, ataupun tabloid. Kini media dapat diakses dengan mudah melalui gawai yang tidak pernah terlupakan. Tren ini divalidasi oleh naiknya jumlah konsumsi informasi di kalangan masyarakat. Banyak pihak yang kemudian berlomba-lomba untuk menangkap aliran sirkulasi ini demi keuntungan platform masing-masing. Mulai dari selebriti, social influencer, dan para blogger. Namun tetap media konvensional mendapatkan potongan kue paling banyak.

Di tahun 2014, ketika gawai mulai naik kelas menjadi kebutuhan dasar, The Wall Street Journal merilis laporan bahwa akses melalui smartphone naik sebesar 32% dari tahun sebelumnya yang hanya mentok pada angka 20%. Meskipun kepercayaan publik terhadap media konvensional sempat menurun pada tahun 2019 akibat polarisasi politik. Namun tak akan butuh waktu lama untuk mengembalikan kepercayaan tersebut.

4. Konflik Kepentingan Pribadi dan Publik

Non konvensional media seperti media sosial dan blog memiliki keterbatasan privasi yang tidak boleh dilanggar, ini merupakan kelemahan utama media non konvensional yang membuktikan mengapa media konvensional masih penting. Ketika sebuah isu atau cerita beredar melalui media non konvensional maka pada titik tertentu akan terjadi konflik antara kepentingan informasi dan privasi. Ini disebabkan hakikat privasi yang tidak bisa dilepaskan, dan ini harus dipahami oleh para Konsultan PR agar dapat melaksanakan strategi dengan baik.

Jangan sampai konflik pribadi yang terjadi kemudian menghambat strategi yang berjalan, atau bahkan lebih buruk lagi menciptakan krisis yang merupakan mimpi buruk bagi Konsultan PR.

Kesimpulannya, mengatakan bahwa media konvensional masih penting bukan berarti mengkerdilkan fungsi dari media non konvensional. Sebab faktanya media non konvensional pun memiliki kekuatannya tersendiri yang dapat membantu membentuk publikasi atau menyebarkan isu ke publik. Hanya saja terbatas pada koridornya tersendiri. Tinggal bagaimana pintar-pintarnya Konsultan PR menggunakan konvensional dan non konvensional secara selaras.

Close Menu

Imogen Public Relations

About Imogen PR

www.imogenpr.com

E: hello@imogenpr.co
hello@imgnpr.id

//
Head Imogen PR akan menjawab pertanyaanmu.
👋 Hi, Apa yang bisa kami bantu?