Konsultan Komunikasi – Imogen PR. Ada sebuah peribahasa berkata bahwa kapten kapal yang tangguh tidak lahir dari air yang tenang. Begitupun, seorang Konsultan Public Relations. Butuh sebuah tantangan yang cukup berat untuk mengasah kemampuan dan juga intuisi tajam agar menjadi seorang Praktisi PR yang tangguh. Era pandemi menciptakan tantangan-tantangan baru yang tepat dijadikan kawah candradimuka untuk mengasah kemampuan komunikasi seorang praktisi kehumasan. Hal ini karena Pandemi Covid 19 membawa perubahan yang signifikan dalam sisi cara kerja awak media, yang menjadi stakeholder utama Public Relations.
Baca juga: PR In Company; Siapa Sangka Kalau PR Adalah Kunci Sukses Perusahaan Di Tahun 2021
Media Lebih Memilih untuk Work From Home di Era Pandemi
Ketika Pandemi Covid 19 pertama kali mendera Indonesia, semua lini bisnis memberlakukan work from home (WFH) untuk mendukung upaya pemerintah menanggulangi laju peningkatan kasus Covid 19. Di saat yang sama media pun turut memberlakukan WFH dan semua kegiatan public relations seperti press conference harus dilakukan secara virtual. Di situasi ini awak media pun semakin membutuhkan press release untuk keperluan penulisan berita harian.
Data ini berdasarkan Survey Report dari Imogen Communications Institute (ICI) yang dilakukan Imogen PR pada April 2020 dengan responden 115 awak media yang tersebar di 10 media di antaranya Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang, Medan, Pekanbaru, Makassar, Banjarmasin, dan Samarinda. Hasil survei ini merilis, Dari total responden 61,4 persen memilih konferensi pers daring saat WFH, karena masih memungkinkan mereka bertanya langsung kepada narasumber melalui kolom komentar atau live chat. Sementara 28,7 persen lebih memilih metode menerima siaran pers, dan 9,9 persen memilih siaran pers berupa video streaming.
“Para wartawan sangat membutuhkan informasi langsung dari narasumber, khususnya ketika narasumber dalam konferensi pers daring adalah ahli atau tokoh yang relevan dan kredibel dengan situasi sekarang. Apalagi jika mereka cukup sulit untuk dihubungi secara pribadi, sehingga konferensi pers daring bisa menjadi sarana bagi wartawan untuk bertanya langsung selama sesi tanya jawab. Ini harus dipahami oleh Konsultan Komunikasi,” jelas Manager Imogen Communication Institute Sofyan Hakim Marta Wijaya. Perubahan kebiasaan yang cukup signifikan ini tentu menciptakan tantangan baru bagi para Konsultan Komunikasi yang sebelum tidak pernah dibayangkan.
Tantangan tidak selalu harus disikapi sebagai sebuah ancaman, namun sebagai motivasi untuk memperbaharui kemampuan dalam Public Relations. Sebagai Konsultan Komunikasi yang telah berpengalaman dalam melakukan kegiatan Public Relations di masa sebelum pandemi dan setelah pandemi, Imogen PR memberikan insight tentang tantangan apa yang dihadapi oleh Konsultan Komunikasi di tahun 2021. Simak sampai habis.
1. Bangun Interaksi ‘Face to Face’ dengan Cara Baru
Di masa pandemi, semuanya serba virtual. Mulai dari meeting sampai press conference dengan media semuanya dilakukan lewat Zoom, Google Meets, dan Microsoft Team. Kelihatannya ini merupakan solusi paling jitu untuk mengakali keterbatasan face to face di era pandemi, namun pada aplikasinya semua ini justru merupakan tantangan baru untuk Konsultan Komunikasi di era 2021. Pasalnya tidak semua wartawan terbiasa dengan pertemuan virtual yang bisa dibilang ada batasannya. Bila ditanya pasti mereka akan lebih memilih bertemu dan bertanya langsung, gesture ketika langsung bertemu dengan narasumber tak akan tergantikan.
Merupakan tanggung jawab seorang Konsultan PR untuk membuat komunikasi antara narasumber dan media tetap nyaman dan intens meski lewat virtual. Ada upaya-upaya lebih yang harus dilakukan misalnya mempersiapkan audio visual untuk media, dan melatih klien untuk melakukan komunikasi yang efektif melalui media online. Belum lagi antisipasi perubahan jam dan cara kerja jurnalis di masa pandemi untuk disesuaikan dengan pola dan konsep press conference.
2. Coverage Top Tier Media Menjadi Tantangan Bagi Konsultan Komunikasi
Di tengah-tengah gempuran pemberitaan Covid 19 dan tetek bengeknya, sulit bagi seorang Konsultan Komunikasi untuk memastikan pemberitaan tentang klien masuk di top tier media lantaran banyaknya cerita seputar Covid, pandemi, dan juga politik. Dalam satu hari bisa jadi ada puluhan cerita berkaitan dengan Covid yang lebih menarik untuk diangkat ketimbang pemberitaan klien. Seorang Konsultan Komunikasi tentu tidak akan menyalahkan jurnalis dalam hal ini karena pada dasarnya mereka pun ada target tersendiri dari redaksi.
Salah satu kiat untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengemas narasi storytelling sehingga dapat menarik dan relevan bagi media-media top tier. Posisikan klien berada di dalam pusara pemberitaan pandemi dengan sudut pandang yang menarik. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat diaplikasikan secara template. Seorang Konsultan Komunikasi sejati harus mencari cara yang pas untuk mengatasi hal ini agar semua tujuan para stakeholders dapat tercapai.
3. Mengelola Ekspektasi Klien yang Makin Sulit
Perubahan di era digital seperti sekarang membuat banyak cara PR konvensional yang sudah tak relevan untuk dilakukan. Ditambah lagi pandemi yang semakin membuat ruang gerak semakin sesak. Hal ini menciptakan tantangan ketika seorang Konsultan Komunikasi harus mengelola ekspektasi klien.
Bicara soal ekspektasi, salah satu yang tidak bisa dihindarkan adalah target pencapaian hasil yang masih belum berubah. Sementara situasi pandemi membuat target yang semula bisa diraih oleh konsultan PR dengan metode tertentu tidak bisa lagi dicapai. Situasi pandemi merubah semua yang mulanya normal menjadi mustahil. Padahal nyatanya semua pasti berbeda, dan caranya pun berbeda. Maka dari itu perlu ada obrolan dari sisi Konsultan Komunikasi dengan klien untuk menyatukan isi kepala.
4. Meramu dan Mengumpulkan Data Pun Jadi Tantangan Berat
Big Data memiliki fungsi seperti pisau bermata ganda, di satu sisi sangat membantu tapi di sisi lain menciptakan tantangan bagi para Konsultan Komunikasi. Data yang beredar di ranah digital tersebar di berbagai platform seperti Google, Facebook, Instagram, Tik-tok, dan media lainnya. Meramu dan mengumpulkannya menjadi satu data yang komprehensif dan mudah dimengerti klien pun tidak bisa dibilang mudah.
Oleh karena itu seorang Konsultan Komunikasi tidak hanya harus paham soal komunikasi, namun juga tentang bagaimana mengelola big data dan menerjemahkannya ke dalam sebuah informasi yang logis dan mudah dicerna agar klien dapat mengerti sepenuhnya. Untungnya saat ini sudah banyak mesin pengolah data yang sudah tersebar, kini tinggal Konsultan Komunikasi memilah dan menguasai kemampuan untuk menyajikannya. Menjadi seorang Konsultan Komunikasi memang tak pernah berhenti dari kata Belajar.
Baca juga: Public Relations In Marketing Is Critical, 4 Fakta Ini Akan Menggugah Pikiran Anda