Komunikasi Verbal – Imogen PR. Dari berbagai cara komunikasi dengan hati, komunikasi verbal merupakan cara komunikasi yang paling dilakukan sebagai bentuk komunikasi dengan hati yang menggunakan kata-kata. Secara definisi, jenis komunikasi menggunakan kata-kata sebagai senjata utamanya dan menggunakan suara untuk menyampaikan pesan ataupun ide. Ada berbanyak bentuk dari komunikasi ini mulai dari diskusi secara empat mata, presentasi, dan juga workshop. Medianya bisa menggunakan video, telpon, dan juga radio.
Penyampaian pesan dan ide merupakan dua hal yang harus digarisbawahi bila membicarakan komunikasi verbal sebab itu merupakan tujuan utama, dan titik keberhasilan dari komunikasi ini adalah pesan dan ide bisa diterima oleh publik. Berdasarkan fungsi dan definisinya, komunikasi ini masuk ke dalam ranah public relations. Oleh karena itu setiap praktisi dan para profesional yang bergerak di bidang ini harus mengetahui betul seluk beluk dalam membangun dan juga menyelenggarakannya.
Baca juga: Public Relations In Marketing Is Critical, 4 Fakta Ini Akan Menggugah Pikiran Anda
Bagi para praktisi public relations, conversation management merupakan hal yang esensial agar dapat mendampingi klien untuk urusan komunikasi verbal saat speech di hadapan media dalam sebuah press conference. Komunikasi dengan hati yang informatif, terstruktur, dan juga relevan merupakan hal yang penting. Dan seorang praktisi public relations harus dengan lihai membentuknya. Pada dasarnya tidak ada hal di dalam public relations yang mudah dan dapat dikuasai dalam semalam, semuanya butuh proses dan knowledge yang cukup untuk melakukannya.
Sebagai salah satu agensi public relations yang telah makan asam garam di dunia public relations, Imogen PR memberikan 4 cara membangun komunikasi verbal sehingga menjadi komunikasi dari hati yang efektif untuk para praktisi PR seperti yang disampaikan berikut ini.
1. Persiapan Matang Sebelum Berbicara
Untuk berbicara di depan publik dengan topik dan kalimat yang tertata merupakan tantangan besar, terutama bagi yang tidak begitu terbiasa atau kurang jam terbang dalam komunikasi verbal. Oleh karena itu hal yang paling tepat dilakukan adalah mempersiapkan si pembicara secara matang. Setiap pokok pembicaraan harus disusun dengan rapi dan sesuai urutan untuk mengurangi rasa kikuk saat berdiri di podium, kemudian dengan bekal ini maka pembicara bisa lebih rilex dan percaya diri ketika tampil.
Tiap pesan dan ide yang terkandung pun akan disampaikan dengan baik dan mudah ditangkap oleh media, tidak loncat-loncat sehingga sulit diterima. Peralatan seperti cue cart dan anticipated question and answer merupakan hal wajib dibuat sebelum klien berbicara di depan media. Keduanya akan sangat membantu pembicara untuk mempersiapkan dirinya secara maksimal dan mampu menjawab pertanyaan apapun yang akan muncul dari media.
2. Ringkas dan Jelas Agar Komunikasi Dengan Hati Jadi Efektif
Tidak ada orang yang senang berlama-lama dalam sebuah press conference ataupun presentasi, terutama para awak media. Mereka masih punya segudang tugas dan deadline untuk diselesaikan hari itu. Oleh karena itu membuat komunikasi verbal yang ringkas dan jelas merupakan hal wajib. Pangkas semua hal-hal yang dirasa tidak perlu, dan perbanyak topik menarik yang mampu menciptakan sebuah percakapan yang mendalam. Lagi pula, berlama-lama di atas podium justru dapat membuat pembicara jadi terkesan bertele-tele yang pada akhirnya dapat menghilangkan citra si pembicara itu sendiri.
Berbicara ringkas dan jelas akan menunjukan betapa ahlinya sang pembicara dalam bidang atau topik yang dibicarakan, ini akan membangun kredibilitas di hadapan para awak media.
Baca juga: Working From Home Era 2020; Journalists Need Online Press Conferences In Urgent Covid Pandemic
3. Jadi Pendengar yang Baik
Untuk menciptakan komunikasi verbal yang tajam dan efektif, seorang praktisi public relations harus mengajarkan kliennya untuk menjadi pendengar yang baik untuk setiap materi yang disampaikan narasumber lain ataupun pertanyaan-pertanyaan yang disampai media. Ketika menjadi pendengar yang baik maka pembicara dapat menciptakan interaksi yang jujur dan lekat kepada para audience dan pada akhirnya akan membuat mereka semakin tertarik dengan pesan atau ide yang disampaikan.
Mendengar dengan baik apa yang disampaikan narasumber lain juga akan menciptakan perbincangan yang hangat dan taktis, jauh dari kata membosankan. Sehingga pada akhirnya akan menciptakan sebuah cerita yang unik di mata publik kelak.
4. Perhatikan Komunikasi Non Verbal
Meski yang sedang kita bicarakan adalah komunikasi verbal, namun untuk membangun sebuah komunikasi verbal yang tajam maka setiap orang harus memperhatikan komunikasi non verbal ketika berdiri di hadapan publik atau media. Jangan sampai gesture dan mimik bertolak belakang dengan apa yang disampaikan sehingga dapat menimbulkan kontroversi dan polemik pada publik. Salah memberikan gesture yang baik ketika menyampaikan pesan atau ide juga dapat menciptakan serangan balik dari publik yang menilai sang pembicara tidak serius dan tak kredibel.
Seperti contoh cara penanganan pandemi di awal 2020 lalu yang mana para stakeholders tidak memberikan gesture dan mimik yang sesuai. Malah cenderung memberikan kesan santai dan guyonan pada hal yang sangat serius dan genting. Hasilnya adalah ketidakpercayaan publik yang terus bergerak menjadi sebuah sikap antipati pada pemerintah.
Baca juga: Konferensi Pers Daring Report; Lebih Disukai Wartawan Saat Jalani Work From Home Di Tahun 2020