Skip to main content

Fenomena Cancel Culture, Ancaman Baru Bagi Praktisi Public Relations
Cancel culture merupakan hal yang sudah tidak asing di telinga kita. Mulai dari kasus boikot es krim Aice hingga kasus Rachel Vennya. Fenomena cancel culture ini mengintai setiap orang tanpa pandang bulu. Tetapi, sebenarnya apa sih cancel culture itu?

Cancel culture merupakan gerakan pemboikotan atau pengenyahan besar-besaran yang dilakukan oleh publik atas kesalahan tindakan dari pihak-pihak tertentu. Di era serba media sosial ini, kecepatan persebaran informasi di media sosial memudahkan kita untuk mendapatkan informasi apapun dalam hitungan detik. Namun, hal tersebut juga membuat publik atau yang lebih sering disebut ‘netizen’ merasa punya hak untuk menghakimi setiap kesalahan individu maupun kelompok tertentu.

Pada dasarnya, budaya pemboikotan di era digital ini dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas tokoh masyarakat maupun lembaga yang melanggar norma masyarakat. Abie Besman dalam diskusi publik berjudul “Cancel Culture di Indonesia: Kesadaran Sosial atau Sekedar Ikut-Ikutan?” menyatakan bahwa cancel cultureseharusnya menjadi alat bagi publik untuk menyuarakan pendapat dan melawan ketidakadilan melalui media. Sayangnya, saat ini cancel culture disalahgunakan menjadi alat untuk menolak hal-hal yang tidak disukai oleh publik.

Cancel culture yang terjadi juga dapat mempengaruhi industri public relations. Dalam konteks public relations, cancel culture sendiri memiliki arti bahwa publik memboikot sebuah perusahaan atau brand saat perusahaan tersebut melakukan tindakan yang menyinggung publik. Hal ini menjadikan cancel culture sebagai hal yang menakutkan baru bagi praktisi public relations.
Dalam menjalankan aktivitas public relations, manajemen dan komunikasi krisis merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu, praktisi public relations harus mempertimbangkan keberadaan cancel culture saat membuat suatu perencanaan untuk mengatasi manajemen krisis. Seorang public relations harus dapat mengikuti hal-hal apa yang sedang berkembang di lingkungan sosial. Melalui media sosial, publik berada lebih dekat dari yang kita bayangkan. Praktisi public relations harus berhati-hati dalam menyusun informasi yang akan disampaikan dan memastikan bahwa informasi tersebut transparan pada publik.

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seorang public relations dalam mencegah terjadi cancel culture yaitu:

Menyiapkan tim komunikasi krisis

Saat terjadi krisis para stake holders dan public relations harus berkumpul untuk menangani masalah tersebut. Tim tersebut dapat terdiri dari CEO atau CFO, eksekutif public relations, penasihat hukum, dan para eksekutif dari departemen yang berbeda.

Memanfaatkan CSR dengan baik

CSR harus tulus dan sejalan dengan visi dan misi perusahaan dalam menjalankan tugasnya. Bukan hanya sekadar kata-kata belaka, CSR harus mampu menunjukkan keterlibatan nyata atas suatu isu publik. Dengan menerapkan nilai ketulusan tersebut, perusahaan akan mendapatkan sisi positif di mata publik.

Merespon dengan cepat

Di era digital saat ini segala sesuatunya dapat meyebar dengan begitu cepat, hal itu lah yang menyebabkan diperlukannya kemampuan tim dalam merespon dengan cepat, karena jika tidak segera ditangani makan permasalahan yang timbul akan semakin lebar.

Mengelola Media Sosial

Sebagai representasi dari organisasi, seorang public relations juga harus tahu cara mengelola media sosial dengan baik. Apalagi media sosial merupakan media yang banyak di akses oleh publik. Artinya, semua gerak-gerik perusahaan akan dipantau oleh publik melalui media sosial.

Menganalisa Tren

Meskipun kita tidak dapat memprediksi kapan dan bagaimana krisis akan terjadi, kita tetap dapat mengantisipasinya dengan cara memantau lewat sosial media bagaimana pesaing dari merek lain merespons, apa yang dikeluhkan oleh publik di media sosial, dan lain-lain. Hal itu dapat menjadi pertanda jika akan terjadi sebuah krisis.

Mengembangkan Komunikasi Internal mengenai Krisis

Karyawan merupakan reperesentasi dari perusahaan. Maka dari itu, apa yang karyawan katakan dapat mengurangi atau malah memperkeruh keadaan. Melihat hal tersebut perusahaan harus memastikan bahwa karyawan tidak menambah opini-opini di publik karena kurangnya komunikasi krisis di internal perusahaan.

Mengevaluasi setiap krisis yang sudah selesai

Setelah semua masalah selesai, selanjutnya tugas public relations yaitu menganalisis dan mempelajari hal apa yang dapat di ambil dari krisis tersebut. Selain itu perusahaan juga dapat mengetahui bagaimana cara mencegah krisis yang serupa dimasa depan, dan apa yang perlu diubah dalam menangani sebuah krisis yang akan datang.

Keberadaan cancel culture merupakan hal yang sulit untuk dihadapi seorang praktisi public relations. Hal ini mengharuskan praktisi public relations untuk mengerti bahwa tindakan yang mereka lakukan akan selalu diawasi oleh publik. Media sosial adalah faktor pendorong adanya fenomena cancel culture ini. Jika sebuah perusahaan atau organisasi mempunyai platform dan citra yang baik, maka akan membantu perusahaan terlihat tampak tulus dan transparan di hadapan publik.

Penulis: Deihani Tesalonika | Editor: Raymond Clement (Himpunan Mahasiswa Hubungan Masyarakat Universitas Padjadjaran)

References

Aghnia, P. (2021, December 9). Cancel Culture dan Tuntutan Menjadi Flawless: Adilkah? – BEM BIMA FIKOM UNPAD. BEM BIMA FIKOM UNPAD. Retrieved December 22, 2021, from http://bem.fikom.unpad.ac.id/cancel-culture-dan-tuntutan-menjadi-flawless-adilkah/

Goodman, T. (2021, May 4). How ‘cancel culture’ influences crisis communications. Media Update. Retrieved December 22, 2021, from https://mediaupdate.co.za/publicity/150456/how-cancel-culture-influences-crisis-communications

Keller, G. (2021, April 22). Understanding cancel culture as a PR professional. PR Values. Retrieved December 22, 2021, from https://www.prvalues.com/post/understanding-cancel-culture-as-a-pr-professional

Torossian, R. (2021, June 9). Avoid ‘Cancel Culture’ with this crisis PR checklist. Agility PR Solutions. Retrieved December 22, 2021, from https://www.agilitypr.com/pr-news/public-relations/avoid-cancel-culture-with-this-crisis-pr-checklist/

Close Menu

Imogen Public Relations

About Imogen PR

www.imogenpr.com

E: hello@imogenpr.com
hello@imgnpr.id

//
Head Imogen PR akan menjawab pertanyaanmu.
👋 Hi, Apa yang bisa kami bantu?